Funny Stories (Part 1)
Story no. 1
Mrs. Jones was waiting for an important telephone call, but she had no bread in the house, mso she left the baby at home and said to his five-year-old brother, ‘I am going to the shops, Jimmy, and I will be back in a few minutes.’
While she was out, the telephone rang, and Jimmy answered. ‘Hullo.’ Said a man, ‘is your mother there?’
‘No,’ answered Jimmy.
‘Well, when she comes back, say to her, “Mr Baker telephoned”.’
‘What?’
‘Mr. Baker. Write it down. B-A-K-E-R.’
‘How do you make a B?’
‘How do I make ...? Listen, little boy, is there anybody else with you ? Any brothers or sisters?’
‘My brother Billy is here.’
‘Good, I want to talk to him, please.’
‘All right.’ Jimmy took the telephone to the baby’s bed and gave it to Billy. When their mother came back, she asked, ‘Did anyone telephone?’
‘Yes,’ said Jimmy, ‘a man. But he only wanted to talk to Billy.’
Terjemahan
Ibu Jones sedang menunggu telepon penting, tapi dia tidak punya roti di rumahnya, maka dia meninggalkan bayinya di rumah dan berkata kepada anak laki-lakinya yang berumur lima tahun, ‘Ibu mau pergi ke toko, Jimmy, dan Ibu akan segera kembali.’
Saat dia keluar, telepon berdering, dan Jimmy menjawab. ‘Hullo.’ Diseberang telepon seorang laki – laki berkata ‘apakah ibumu ada?’
‘Tidak ada,’ jawab Jimmy.
‘Kalau ibumu datang, katakan kepada dia , “Pak Baker telepon”.’
‘Apa”?’
‘Pak Baker. Tulis. B-A-K-E-R.’
‘Bagaimana kau membuat B?’
‘Bagaimana saya membuat ...? Dengar anak kecil, apakah ada orang lain bersamamu? Saudara laki-laki atau saudara perempuan?
‘Saudaraku Billy ada.’
‘Bagus, tolong saya mau bicara dengan dia.’
‘Baiklah.’ Jimmy membawa telepon ke tempat tidur bayi dan memberikan teleponnya kepada Billy.
Saat ibu mereka pulang, dia bertanya, ‘Apakah ada telepon?’
‘Ada,’ kata Jimmy, ‘seorang laki - laki. Tapi dia hanya ingin bicara dengan Billy.’
Jim walked into a store which had a sign outside: “Second-hand clothes bought and sold.” He was carrying an old pair of pants and asked to the owner of the store, “How much will you give me for these?” The man looked at them and then said rudely, “Two dollars.”
“What!” said Jim. “I had guessed they were worth at least five.”
“No.” Said the man, “they aren’t worth a penny more than two dollars.”
“Are you sure?” asked Jim.
“Very sure,” said the man.
“Well,” said Jim, taking two dollars out this pocket, “here’s your money. These pants were hanging outside your store with a price tag that said $6.50, but I thought that was too much money, so I wanted to make sure how much they were really worth.”
Then he walked out of the store with the pair of pants and disappeared before the surprised store owner could think of anything to say.
Terjemahan
“Apa!” kata Jim. “Saya kira harganya paling tidak lima dollar.”
“Tidak.” Kata pemilik toko, “Harganya tidak lebih dari dua dollar.”
“Apakah Anda yakin?” tanya Jim.
“Sangat yakin,” kata pemilik toko.
“Baiklah,” kata Jim, sambil mengambil uang dua dollar dari dompetnya, “Ini uang Anda. Celana panjang ini digantung diluar toko Anda dengan harga $6.50, tapi saya pikir itu terlalu mahal. Maka saya ingin memastikan berapa harga yang sebenarnya. Kemudian dia keluar toko dengan sepasang celana panjang dan menghilang sebelum pemilik toko yang terkejut bisa memikirkan sesuatu untuk dikatakan.
Story No. 3
It was two weeks before Christmas, and Mrs Smith was very busy. She bought a lot of Christmas cards to send to her friends and to her husband’s friends, and put them on the table in the living-room. Then, when her husband came home from work, she said to him, ‘Here are Christmas cards for our friends, and here are some stamps, a pen, and our book of addresses. Will you please write the cards while I am cooking the dinner?’
Mr. Smith did not say anything, but walked out of the living-room dan went to his study. Mrs. Smith was very angry with him, but did not say anything either.
Then a minute later he came back with a box full of Christmas cards. All of them had addresses and stamps on them.
‘There are from last year,’ he said. ‘I forgot to post them.”
Terjemahan
Dua minggu lagi hari Natal, dan Ibu Smith sangat sibuk. Dia sudah membeli banyak kartu Natal untuk dikirim kepada teman – temannya dan teman – teman suaminya, dan menaruh mereka di atas meja di ruang tamu. Kemudian, waktu suaminya pulang kerja, dia berkata kepada suaminya, ‘Ini kartu Natal untuk teman – teman kita, dan ini perangkonya, bolpoin dan buku alamat kita. Maukah kamu menulis kartunya sementara aku masak makan malam?’
Pak Smith tidak mengatakan apa – apa, tapi berjalan meninggalkan ruang tamu dan pergi ke ruang kerjanya. Ibu Smith sangat marah kepada suaminya, tapi dia juga tidak berkata apa-apa.
Beberapa menit kemudian suaminya datang dengan sebuah kotak penuh kartu Natal. Semuanya sudah diberi alamat dan perangko.
‘Ini kartu Natal tahun lalu,’ kata dia. ‘Aku lupa mengirimnya.”
Komentar
Posting Komentar